Oleh: Musri Nauli
Sehabis menempuh perjalanan mudik pertengahan April 2023, praktis perjalanan keluar kota, sama sekali tidak lagi dijalani.
Selain juga “kesibukan” persidangan dan berbagai urusan di Jambi yang memang membuat belum berkesempatan untuk keluar kota.
Akhir minggu yang lalu, Saya berkesempatan untuk suatu urusan di Tebo. Sekitar 200 km arah barat. Jalur rutin yang saya tempuh.
Baik disebabkan “arus mudik” Lebaran maupun urusan di Tebo dan Bungo.
Berbekal informasi yang kurang up to date, apalagi masih dihebohkan dengan “macetnya” angkutan batubara, hari sabtu, saya kemudian keluar kota. Ke Tebo.
Seperti biasa untuk menghemat waktu, saya berkesempatan melewati jalur Ness. Jalur yang biasa ditempuh keluar kota arah ke Sarolangun, Bangko, Tebo dan Bungo. Jalur yang cukup rutin ditempuh.
Alangkah kagetnya. Jalur Ness yang hanya 3 bulan terakhir Masih adanya “lubang”lubang” malah sekarang sudah mulus.
Kendaraan dapat ditempuh dengan kecematan rata-rata “80 km – 100 km”. Bahkan lubang yang biasanya masih ada, praktis Sudah tidak ada.
Tidak tanggung-tanggung. Melewati Desa Muhajirin setelah Desa Baru, Bahu jalan Malah Sudah dicor. Sehingga tidak ragu-ragu lagi memacu Kendaraan saya yang badannya cukup Lebar.
Cukup kaget juga saya.
Setelah melewati simpang Ness, kembali bergabung di jalur biasa Jambi – Muara Bulian, lagi-lagi jalannya cukup Mulus.
Jalur maut usai SPBU Sungai Buluh yang terkenal “maut” dan kendaraan yang Bergerak pelan, praktis Sudah mulus. Lagi-lagi kendaraan dipacu kencang.
Ah. Serasa mimpi.
Setelah melewati obyek wisata Danau Letang menjelang Simpang Empat Sridadi, biasanya “lubang” cukup maut, lagi-lagi mulus. Bahkan sama sekali tidak perlu menurunkan pedal gas.
Setelah kembali ke jalur utama, Muara Bulian – Muara Tembesi, melewati Rumah Makan Bayang Bulian 2 – hingga ke Rumah Makan Soto Jakarta (tenam) yang sering dijadikan tempat “maut” dan macet panjang, lagi-lagi sama sekali tidak tersisa lubang sedikitpun.
Enak betul memacu kendaraan tanpa mengurangi pedal gas.
Setelah menikmati perjalanan panjang dari Tembesi – Tebo, jalur yang mengancam biasanya sering didepan Sungai Keruh. Puluhan kilometer menjelang Tebo.
Sepanjang jalan “lubang” cukup menjebak. Dan praktis 5 tahun lebih “tidak tersentuh”.
Namun kali ini saya cukup bergembira. Jalur “maut” sama sekali tidak terdapat lubang lagi. Praktis bisa dipacu kendaraan cukup tenang.
Tidak salah kemudian jarak Jambi – Muara Tebo 200 km dapat dipacu hanya empat jam kurang.
Sebuah mimpi yang tidak pernah lagi saya rasakan sejak 10 tahun terakhir ini.
Ah. Rasanya tidak henti-henti ucapan terima kasih saya sampaikan ke Al Haris. Gubernur Jambi yang “terus mengontrol” jalan Ness yang semakin membaik. Sekaligus “mendesak” Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Jambi agar perbaikan sekaligus jalan nasional.
Sehingga rasanya nikmat menempuh perjalanan Jambi – Tebo.
Terima kasih, Pak Gub.
(Penulis merupakan Advokat. Salah satu pengguna jalan)
Komentar