Dorong Pertumbuhan Ekonomi dan Penguatan Sinergi Pengendalian Inflasi, BI Jambi Perkuat Respons Kebijakan

BETARA.ID, Jambi – Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi pada triwulan I 2024, tercatat tumbuh sebesar 3,83% (yoy), melambat dibandingkan triwulan IV 2023 yang tercatat tumbuh 4,03% (yoy).

Hali ini disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Warsono
Jambi, dalam acara Forum Ekonomi dan Bisnis Jambi, dengan tema “Connectivity untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi yang Berkelanjutan”, Senin (24/06/2024).

Saat menyampaikan diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi Jambi triwulan I 2024, Warsono menyebutkan, melambatnya kinerja PDRB Provinsi Jambi ini dipengaruhi antara lain oleh perlambatan ekonomi global yang menahan permintaan komoditas unggulan, serta belum kembali pulihnya kinerja 2 Lapangan Usaha (LU) utama yaitu pertanian dan pertambangan.

Berdasarkan kelompok pengeluaran, permintaan domestik menjadi penopang kinerja PDRB Provinsi Jambi di tengah tekanan dinamika eksternal.

Hal tersebut, tercermin dari kinerja positif konsumsi rumah tangga (RT) dan konsumsi pemerintah seiring dengan masuknya bulan Ramadhan pada priode laporan serta penyelenggaran pemilu 2024.

Berdasarkan 5 LU utama penopang pertumbuhan ekonomi Jambi, secara keseluruhan mengalami perlambatan pada triwulan laporan. Adapaun LU pertambangan sebagai tiga dari LU yang memiliki pangsa terbesar masih mengalami kontraksi pada TW I-2024.

Kondisi ini dipengaruhi harga acuan batubara yang masih menunjukkan tren pelemahan seiring dengan isu perlaihan energi terbarukan serta dampak penghentian sementara operasional jalur batubara via darat.

Selanjutnya LU konstruksi masih mengalami pertumbuhan meskipun melambat. Pertumbuhan tersebut didorong masih berjalannya proyek strategis nasional (PSN) JTTS Bayung Lencir – Tempino Seksi 3.

Adapun LU perdagangan masih menunjukkan tren pertumbuhan positif didukung terjaganya aktivitas ekonomi domestik dan mobilitas masyarakat yang cenderung tinggi di bulan Ramadhan dan memasuki HBKN Idul Fitri.

Ke depan tetap kuatnya permintaan domestik serta berlanjutnya berbagai pengerjaan proyek infrastruktur diprakirakan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Di sisi lain, dampak lanjutan el-nino di level moderat serta perubahan iklim dapat menganggu siklus tanam Tabama, Holtikultura serta TBS Kelapa Sawit.

Dengan berbagai dinamika dan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tahun 2024 diprakirakan tumbuh dalam kisaran 3,80% – 4,60%.

“Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah baik pusat dan daerah sehingga risiko-risiko ke depan dapat kita antisipasi bersama,” jelasnya.

Menurutnya, laporan ini bertujuan untuk memberikan gambaran komprehensif mengenai perkembangan ekonomi daerah, termasuk di dalamnya perkembangan sistem pembayaran, pengedaran uang rupiah dan prospek perekonomian Jambi tahun 2024.

Informasi dan asesmen tersebut, diharapkan pemangku kepentingan dapat terbantu dalam memahami, melakukan kajian lebih mendalam ataupun mengambil kebijakan komprehensif dalam perencanaan dan pelaksanaan kebijakan ekonomi.

Dikatakannya kolaborasi lintas sektor, baik antara pemerintah, swasta, akademisi, maupun masyarakat, diperlukan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur yang mendukung pertumbuhan ekonomi.

Dengan adanya partisipasi aktif dari berbagai pihak, diharapkan tercipta sinergi yang kuat dalam mewujudkan konektivitas optimal, memberikan perspektif beragam dan memperkaya diskusi mengenai pengembangan infrastruktur connectivity dan ekonomi daerah.

Merujuk rilis Indeks Harga Konsumen (IHK) Badan Pusat Statistik (BPS), secara bulanan IHK Provinsi Jambi pada Maret 2024 mengalami inflasi sebesar 0,54% (mtm).

Capaian tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan laju inflasi regional yang tercatat sebesar 0,51% (mtm) dan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,52% (mtm). Berdasarkan realisasi tersebut, inflasi Provinsi Jambi tercatat sebesar 3,84% (yoy) atau menempati peringkat ke 5 dari 38 Provinsi.

Inflasi Provinsi Jambi merupakan komposit dari 3 kabupaten/kota yaitu Kota Jambi, Kabupaten Bungo, dan Kabupaten Kerinci yang masing-masing tercatat mengalami inflasi sebesar 0,28% (mtm), 0,46% (mtm) dan 1,41% (mtm).

Sejalan dengan hal tersebut, inflasi tahunan ketiga kabupaten/kota tersebut adalah 3,41% (yoy) untuk Kota Jambi; 3,38% (yoy) untuk Kabupaten Bungo; dan 5,47% (yoy) untuk Kabupaten Kerinci.

“Ke depan Bank Indonesia meyakini inflasi 2024 tetap terkendali dalam sasarannya terutama terdapat beberapa tantangan yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah risiko iklim yang dapat mempengaruhi ketersediaan komoditas Volatile Food (VF),” jelasnya.

Oleh karena itu dalam pengendalian inflasi VF diperlukan dukungan sinergi pengendalian inflasi TPIP dan TPID melalui GNPIP serta terus mempererat sinergi dengan pemerintah pusat dan daerah, sehingga dapat memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran 2,5±1% pada 2024.

Terkait perkembangan keuangan daerah, Warsono mengatakan, penyaluran kredit perbankan di Provinsi Jambi pada Triwulan I-2024 terpantau tumbuh meningkat sebesar 25,43% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2023.

Pertumbuhan kredit tertinggi terdapat pada LU industri. Di sisi lain, kredit LU pertambangan dan pertanian masih mengalami kontraksi pada triwulan laporan.

Berdasarkan jenis penggunaannya, pada Maret 2024, kredit konsumsi memiliki pangsa pasar terbesar yaitu 42,60%, kemudian kredit modal kerja sebesar 30,32%, dan kredit investasi sebesar 27,08%.

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Provinsi Jambi tumbuh pada triwulan I-2024, meningkat dibandingkan triwulan IV-2023. Jumlah DPK yang dihimpun oleh perbankan mencapai Rp 44,50 triliun. Hal tersebut disebabkan meningkatnya pertumbuhan pada giro sebesar 3,07% (yoy), tabungan sebesar 1,40% (yoy), dan deposit sebesar 1,94% (yoy).

Selanjutnya ketahanan sistem keuangan tetap terjaga baik, hal tersebut tercermin dari rasio kredit bermasalah perbankan (Non Performing Loan/NPL) Provinsi Jambi yang tercatat rendah 1,03%.

Angka tersebut masih di dalam thresholf yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu sebesar 5%. Kemudian, Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan sebesar 115,51, atau tumbuh sebesar 7,45% (yoy). Pertumbuhan tesebut dipengaruhi peningkatan penyaluran kredit pada triwulan laporan.

Warsono menambahkan, perkembangan sistem pembayaran nontunai di Provinsi Jambi menunjukkan pertumbuhan positif, tercermin dari peningkatan jumlah user dan merchant QRIS serta peningkatan nominal transaksi RTGS.

Selanjutnya, program sembako juga terpantau berjalan baik dicerminkan dari realisasi penyerapan program sembako yang mencapai >90% dari target.

Dari sisi PUR, terjadi net inflows pada Triwulan I 2024 seiring dengan kebutuhan ULE pada momentum HBKN Ramadhan & Idul Fitri 1445H.

Dari sisi nontunai, jumlah merchant QRIS di Jambi pada triwulan I tercatat sebanyak 309,16 ribu atau meningkat sebesar 35,98% (yoy).

Sejalan dengan hal tersebut, jumlah pengguna QRIS mencapai 516,81 ribu atau tercatat meningkat sebesar 43,14% (yoy).

Nominal transaksi RTGS pada triwulan I 2024 tercatat tumbuh sebesar 1,74% (yoy), meskipun volume transaksi RTGS tercatat menurun sebesar 13,08% (yoy).

Selain itu, program bansos sembako telah diserap reraya 165.074 ribu Keluarga Penerima Manfaat atau terealisasi sebesar 90,05% dari target penyaluran.

Sedangkan dari sisi pengelolaan uang rupiah, pada triwulan I 2024, jumlah aliran uang masuk dan keluar masing-masing sebesar Rp2,40 triliun dan Rp3,16 triliun.

Berdasarkan realisasi tersebut, di Provinsi Jambi terjadi net outflows sebesar Rp755,11 miliar.

Dikatakannya, Bank Indonesia Jambi berkomitmen memperkuat respons kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan penguatan sinergi pengendalian inflasi.

Salah satunya dengan mendorong pengembangan produk unggulan daerah dengan meningkatkan produktivitas serta pemanfaatan teknologi digital. Kemudian, melakukan penguatan UMKM melalui perluasan akses pasar serta pembiayaan.

“Ke depan, kita akan menghadapi berbagai tantangan dalam memperkuat momentum pertumbuhan ekonomi Jambi,” katanya.

“Namun demikian, kita juga perlu menatap 2024 dengan menjaga optimisme, membangun kewaspadaan, dan memperkuat kerja sama di tengah berbagai tantangan yang terjadi saat ini karena dengan demikian kita memiliki peluang dan kesempatan luas dalam rangka mewujudkan Jambi yang lebih maju dan sejahtera,” katanya lagi. (*/rdi)