Oleh: Bahren Nurdin
Saya membaca artikel menarik di sebuah tabloid muslim bernama: AMUST (Australian Muslim Times). Tabloid ini merupakan salah satu bacaan yang banyak mengupas tentang berita dan persoalan-persoalan syariat Islam di Australia dari berbagai aspek seperti ekonomi, sosial, multikultural, politik, pendidikan, dan lain sebagainya. Editornya bernama Zia Ahmad. Tabloid ini bisa didapat di masjid-masjid di sini secara gratis.
Salah satu artikel opini yang menarik perhatian saya adalah pada kolom Boomerang yang berjudul ‘Why is Hajj Getting so Expensive?’ yang ditulis oleh Ismail Davids. Dia adalah CEO of the National Zakat Foundation (NZF) Australia. Jika ditelusuri sebenarnya artikel ini ditulisnya pada tahun 2017 tapi memang masih sangat relevans dengan keadaan sekarang sehingga ‘didaur ulang’ dan dimuat pada edisi Juni 2022 ini.
Persoalan haji memang menjadi salah satu perbincangan ummat Islam di muka bumi ini, tidak terkecuali di Australia. Walaupun penduduk muslim di sini hanya lebih kurang 30 % dan 2%-nya berasal dari Indonesia (aph.gov.au), masalah haji tetap menjadi topik pembicaraan yang hangat lebih-lebih pada musim haji seperti saat ini. Salah satunya adalah apa yang diperbincangkan oleh Ismail Davids melalui artikel ini.
Davids pun menggambarkan kenaikan biaya haji di Australia. Pada tahun 1989 ongkos naik haji di sini sekitar AUD $2000 (kalau kita ambil nilai tukar rupiah hari ini sebagai gambaran Rp. 10.400, itu berarti sekitar Rp. 20.800.000 saja). Sementara saat ini, tahun 2022, naik hingga 900% menjadi AUD$ 20.000 (Rp. 208.000.000). Itulah kenaikan yang terjadi selama 33 tahun. Bagaimana di tanah air?
Lebih lanjut, Davids memberi alasan apa saja faktor-faktor yang membuat kenaikan itu terjadi dari tahun ke tahun. Paling tidak ada 7 faktor dominan yang melandasinya. Pertama, paket transportasi darat di Mina, Arafah dan Saudi naik 100% dibanding tahun 2019 sebagaimana yang ditetapkan oleh Kementerian Haji mereka. Kedua. Value-Added Tax (VAT) atau Pajak Penambahan Nilai (PPN) di Suadi naik dari 5% hingga 15%. Ketiga, biaya transportasi haji naik sekitar 10%.
Keempat, quota haji tahun ini dikurangi hingga 55% di seluruh dunia yang membuat kenaikan biaya per orang. Kelima, biaya penginapan atau hotel juga mengalami kenaikan signifikans. Keenam, boleh jadi akan ada kenaikan biaya pengurusan visa haji (belum diputusin), dan; Ketujuh, terjadinya kenaikan ongkos pesawat kerena adanya dampak dari kenaikan bahan bakar dan jumlah penumpang.
Akankah biaya ini turun? Ini pasti pertanyaan semua orang. Tapi jika menurut penjelasan Davids, angka-angka ini tidak (mungkin) turun. Hukum ekonomi tentunya berlaku; supply and demand. Dia menekankan, “the demand is there and will always be there, so the supplier will always be in the ‘box seat’. Akan selalu ada hukum tarik menarik dan saling mempengaruhi.
Namun demikian, salah satu tokoh Islam Australia ini menekankan bahwa sesungguhnya artikel ini bukan untuk menjastifikasi masalah harga hajinya namun lebih pada memberi gambaran mengapa terjadi kenaikan ongkos naik haji (ONH) tersebut. Tujuh alasan tersebut di atas cukup signifikans mejadi penyebab kenaikan yang terjadi dari waktu ke waktu.
Lebih menarik lagi, di akhir artikel ini dia melontarkan pertanyaan yang luar biasa “How much do you think it’s worth paying to be a Guest of Allah?” (Seberapa besar biaya (yang pas) untuk mejadi tamu Allah?). Untuk menjadi ‘tamu Allah’ itu sesungguhnya tidak ada yang terlalu mahal. Bukankah apa yang diberikan untuk Allah akan Allah kembalikan? Di duni dan akhirat!
Dan, satu hal lagi, harga segitu menjadi sangat relatif jika anda tahu bahwa anda bisa langsung berangkat, bukan? Mendaftar tahun ini dan berangkat tahun ini (paling lambat setahun kemudian). Sering kita mendengar bahwa orang Indonesia berani merogoh kantong dalam-dalam asal bisa berangkat haji lebih cepat. Dengar-dengar (mudah-mudahan saya salah dengar), ada juga yang berani ngasih ‘uang a b c d’ asal bisa mempercepat keberangkatan.
Alhamdulillah, beberapa kawan mahasiswa yang sedang kuliah di sini juga berangkat mengerjakan haji dari sini. Melalui artikel ini, saya mengucapkan selamat menunaikan ibadah haji baik yang dari Australia maupun dari Tanah Air. Turut mendoakan semoga memperoleh haji mabrur. Aamiin.#
(Penulis merupakan Mahasiswa Western Sydney University; tinggal di Sydney, Australia)
Komentar