Di Rakernis Humas Polda Jambi, Hendry Nursal Sampaikan Pesan Damai

BETARA.ID – Jambi – Rapat Kerja Teknis (Rakernis) Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) Polda Jambi Tahun 2024, tidak hanya menghadirkan narasumber Internal, namun juga eksternal.

Rakernis dengan tema “Humas Polri Yang Presisi Siap Mendukung Percepatan Transformasi Informasi Guna Terwujudnya Kamtibmas Yang Kondusif” tersebut digelar di Aula Lantai III gedung Siginjai Sakti Wirabakti Polda Jambi, pada 30 dan 31 Mei 2024.

Adapun narasumber yang dihadirkan yaitu Drs.Ariansyah, Kepala Dinas Kominfo provinsi Jambi; Ahmad Taufiq, Ketua KIP Provinsi Jambi: Wenny Ira Reveawaty SIP MHum, dosen UNH Fakultas Psipol; Kompol Reza, Kasubbid Cyber Polda Jambi; dan Hendry Nursal SPd, pemimpin redaksi Jambidaily.com yang juga Publicity Ambassador Of HWPL South Korea perwakilan Indonesia.

Hendry Nursal dalam materi bertajuk “Kesantunan Berbahasa Dalam Membangun Citra Polri” menguraikan keterkaitan penggunaan bahasa dengan kejiwaan atau psikologi berbahasa.

“Materi ini saya sampaikan dalam perspektif jurnalis perdamaian, sebagaimana tugas yang telah saya emban sejak tahun 2022, selaku duta publishitas HWPL perwakilan Indonesia. Dari kesantunan berbahasa pula turut menciptakan suasana hubungan lebih baik, antar personal, komunitas bahkan negara,” ungkap Hendry Nursal, saat memaparkan materinya Kamis, (30/05/2024).

“Disisi lain, sebagaimana disiplin ilmu saya, berbahasa itu sangat dekat pengaruhnya dengan kejiwaan kita, ada ilmunya yang disebut Psikolinguistik. Ilmu psikologi mengkaji perilaku atau proses berbahasa. Ilmu linguistik mengkaji struktur bahasa dari segi fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantic,” urainya.

Selain itu, Hendry juga turut memaparkan syarat judul berita yang baik, aturan penulisan judul berita dan tips pembuatan judul berita termasuk menulis keterangan postingan di media sosial.

“Judul berperanan penting, dalam penulisan berita tentunya ada hal-hal yang harus diperhatikan. Walaupun setiap berita penyajiannya bergantung pada kebijakan dari redaksi, sebab setiap media berbeda-beda. Kalau kita berbicara kehumasan perlu diperhatikan judul yang representatife dan spesifik, tapi sangat perlu menggugah rasa,” katanya.

Hendry juga menyampaikan pentingnya menempatkan rasa dalam berita “Kita membahas tentang kesantunan berbahasa, sebenarnya ada lisan dan tulisan, tapi bagi saya dengan gerakan isyarat tubuh, jari dan lainnya juga bagian dari kesantunan berbahasa. Maka menempatkan rasa dalam berita menjadi nilai tersendiri,” bebernya.

Dia menyebut ‘Rasa’ dalam berita, menjadi bagian penting dalam perjalanan karirnya selama menggeluti profesi sebagai wartawan.

“Sebuah berita tidak bisa mengesampingkan rasa, ya terdengar melankolis, apa itu? Tidak hanya bicara logika tetapi juga melibatkan hati dan perasaan. Mungkin umum disebut efek jangka panjang, kalau saya menyebutnya rasa yang menempatkan diri pada posisi dua belah pihak, misalkan berita kriminal maka berada di posisi keluarga korban atau di posisi pelaku, disisi pribadi atau disisi kepentingan bisnis sesaat,” papar Hendry Nursal.

“Kalau bapak-bapak selaku humas di kepolisian, juga menempatkan rasa berada di posisi pelaku maupun korban, juga selaku polisi dan warga sipil,” tambahnya.

Pada kesempatan ini, kata Hendry Nursal, sesungguhnya sadar ataupun tidak, banyak sekali tulisan atau berita menghancurkan kepentingan yang lebih besar dan jangka panjang, dengan kata lain tidak memihak, berpegang pada tenggang rasa dan toleransi.

“Jika bicara kejahatan, pelaku tentu memiliki keluarga. Akankah dikesampingkan efeknya bagi keluarga pelaku? Bukan kita tidak simpati pada keluarga korban, namun terlalu banyak rahasia kehidupan di dalam rahasia,” ucapnya.

Namun ia tidak menampik, beratnya institusi Polri dalam membangun dan menjaga citra positifnya di masyarakat.

“Polisi satu yang bersalah, seluruh ìnstitusi Polri kena imbas. Tetapi satu polisi berprestasi maka hanya dia personal saja,” katanya lagi.

Sebelum mengakhiri pemaparan materi, Hendry menyampaikan pesan damainya melalui puisi yang berjudul “Surat ku Untuk Polisi”

Surat ku Untuk Polisi

Polisi itu, selalu bermasalah
Menerima laporan masalah, mencari bukti masalah, menyelidiki masalah dan menyelesaikan masalah

Prestasi menjadi dugaan, salah menjadi hinaan
Tersenyum dicurigai, amarah ditakuti
Bergerak dianggap pesanan, berdiam dianggap kelemahan
Benar jadi masalah, salah lebih bermasalah
Satu salah untuk semua, satu benar untuk satu

Engkaulah benteng hidup, seakan tercipta dari mesin
Padahal engkau juga manusia, pemilik rasa dan air mata
Senyum tak selalu berarti bahagia

Dalam cinta, ketika ada yang berbeda, jangan mencari siapa yang salah
Hidup tak bisa jadi lebih baik tanpa cinta, tapi cinta dengan cara yang salah membuat hidup jadi lebih buruk

Tuhan, tolong berikan mereka kesabaran
Jika dia tulus mencintai kami: jangan pernah hiasi matanya dengan tangisan, telinganya dengan dusta, dan hatinya dengan luka

Untuk mu Polisi
Beberapa orang masuk di kehidupan dan meninggalkan ‘jejak’ di hati
Jangan hiraukan orang yang menghina
Jangan hiraukan orang yang membenci mu

Maafkan kealpaan kami
maafkan kami yang menduakanmu dengan keraguan
Jika tulus cinta mu, Kami akan tetap menanti kehadiran mu. (*)